USAHA GURU DALAM MENGATASI
ANAK YANG BERMASALAH DALAM BELAJAR
I. PENDAHULUAN
Mengajar
itu memang rumit. Bukan saja guru harus tahu banyak tentang bahan
pelajaran dan menguasainya, tetapi juga harus faham tentang
murid-muridnya dan proses belajar-mengajar. Kecuali itu guru juga harus
memiliki atau mengembangkan bakat untuk mengajar – suatu aspek seni.
Bukan saja guru harus mengajar di depan kelas, tetapi juga menyiapkan
dan mendesain bahan pelajaran, memberikan tugas-tugas, menilai proses
dan hasil belajar murid, merencanakan kegiatan-kegiatan lain dan
menegakkan disiplin. Disamping itu guru harus menyimpan dan memelihara
catatan-catatan tentang muridnya, mengatur dan mengelola kelas,
mengembangkan kegiatan-kegiatan belajar, berbicara kepada orang tua
murid dan bahkan melakukan kegiatan bimbingan dan konselling bagi
murid-muridnya.
Mengajar
ialah melatih keterampilan, menyampaikan pengetahuan, membentuk sikap
dan memindahkan nilai-nilai. Mengajar adalah membuat perubahan pada diri
murid. Mengajar dapat dilakukan dengan cara ceramah, persuasi,
demonstrasi, membimbing dan mengarahkan usaha dan aktifitas murid atau
dengan kombinasi cara tersebut. Mengajar dapat hanya melibatkan
pengetahuan dan keterampilan guru sendiri atau dapat memanfaatkan
bahan-bahan yang telah disiapkan oleh pihak lain seperti film, perangkat
komputer, manusia sumber aau kombinasi antara bakat, keterampilan dan
pengetahuan yang telah dimiliki murid.
II. MENGAJAR
Mengajar
dikatakan efektif apabila meliputi tiga langkah, yaitu langkah sebelum
mengajar, langkah pelaksanaan mengajar, dan langkah sesudah mengajar. Langkah sebelum mengajar, meliputi, menentukan tujuan pengajaran, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Langkah pelaksanaan mengajar, langkah
ini berupa pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk
membawa murid mencapai tujuan pengajaran. Langkah ini meliputi
komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan kontrol (pembinaan disiplin dan
pengelolaan). Langkah sesudah mengajar langkah
ini berupa pengukuran dan penilaian hasil mengajar sehubungan dengan
tujuan yang telah ditetapkan guru sebelum mengajar. Dari proses
penilaian ini dapat diketahui efektif tidaknya proses mengajar, tepat
tidaknya tujuan pengajaran, seberapa tinggi tingkat kesiapan murid,
tetap tidaknya strategi mengajar yang digunakan dan bahkan derajat
relevansi dan ketepatan prosedur penilaian yang ditempuh.
III. PERANAN GURU
Peranan guru yang dianggap penting adalah :
1) Guru sebagai Pembuat keputusan
Guru
harus selalu membuat keputusan-keputusan bahan pelajaran dan metode
mengajar. Keputusan-keputusan ini didasarkan atas banyaknya factor
seperti bahan inti yang harus diajarkan, kemampuan murid dan apa yang
diperlukan olehnya dan tujuan yang akan dicapai.
2) Guru sebagai motivastor
Murid
tidak berhasil dengan sendirinya, melainkan dengan peran guru sebagai
motivator. Ada beberpa pelajaran yang di sampaikan guru tidak menarik
minat dan perhatian murid. Memulai memngajar dengan penuh semangatpun tidak merupakan jaminan bahwa minat dan konsentrasi murid dapat berlangsung lama.
Banyak
keputusan yang dibuat guru berpengaruh terhadap motivasi murid. Cara
memberikan nilai misalnya, dapat mendorong murid belajar lebih giat atau
malah menjadikannya putus asa. Bahkan pelajaran yang dipilih yang
sejalan dengan minat dan kemampuan murid dapat membantu mendorong mereka
belajar. Maslahnya ialah bagaimanakah guru dapat mempertahankan minat
dan perhatian murid selama proses belajar mengajar berlangsung.
3) Guru sebagai Menejer
Waktu
yang di pergunakan guru untuk berinteraksi secara verbal dengan murid
rata-rata antara 20 sampai 30persen setiap harinya. Selebihnya di
pergunakan untuk kegiatan pengelolaan, seperti supervisi, organisasi
pelajarn,menyiapkan ujian, memeriksa dan menilai pekerjaan murid,
menghadiri rapat, mengadakan pertemuan dengan orang tua murid dan
sebagainya.
4) Guru sebagai pemimpin
Meskipun
guru harus menangani kebutuhan murid orang perorang, tetapi
kenyataannya jarang berbuat demikian. Mengajar nyatanya adalah memimpin
sekelompok murid. Guru yang efektif adalah pemimpin yang efektif, yaitu
memanfaatkan potensi kelompok untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan individual. Dalam peranannya sebagai pemimpin kelompok,
guru diharapkan menjadi wasit, pelerai kecemasan, detektif, pencegah
timbulnya perasaan bermusuh dan frustasi, teman dan orang kepercayaan,
pengganti orang tua, sumber kasih saying dan pemberi semangat.
5) Guru sebagai konselor
Sebagai
konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka terhadap tingkah laku
dan gerak gerik murid. Guru harus berusaha memberikan tanggapan yang
konstruktif apabila murid mengalami kelesuan dalam belajar. Dia harus
tahu apabila ada murid perlu dikonsultasikan kepada ahli kesehatan
mental misalnya. Disetiap kelas tidak jarang murid mengadukan persoalan
pribadinya kepada guru.
6) Guru sebagai insinyur atau perekayasa lingkungan
Guru
diharapkan menjadi desainer yang dapat menata ruang kelas dengan baik
sehingga menimbulkan suasana belajar yang kondusif.. Bukankah penataan
ruangan kelas dapat membantu atau mengganggu proses belajar ? Perubahan tata ruang kelas itu mungkin
saja tidak menyolok, seperti menggantungkan gambar di depan kelas atau
menyuruh murid duduk dalam posisi lingkaran untuk keperluan diskusi dan
sebagainya.
7) Guru sebagai Model
Guru
juga berperan sebagai model atau contoh bagi muridnya. Gairah murid
terhadap suatu mata pelajaran timbul karena pelajaran itu diberikan oleh
guru yang penuh gairah dengan menggunakan metode demonstrasi. Sebaliknya
gairah terhadap suatu mata pelajaran memudar karena mata pelajaran itu
diberikan dengan metode ceramah yang gersang. Dengan demikian guru
tersebut dengan sengaja berperan sebagai model. Demonstrasi dalam mata
pelajaran fisika, kimia dan kesejahteraan keluarga adalah contah
permodelan langsung (direct modeling). Tetapi dalam banyak hal yang
lain, guru tidak begitu menyadari peranannya sebagai model. Sebagai
contoh, guru selalu berperan sebagai model dalam mendemonstrasikan cara
berfikir memecahkan masalah. Apabila guru dapat melibatkan muridnya
berfikir melalui berbagai macam alternatif pemecahan masalah, besar
kemungkinan muridnya menjadi sadar bahwa mereka mampu memecahkan masalah
dalam berbagai macam situasi.
IV. PROBLEM-PROBLEM YANG DIHADAPI GURU
Semakin
meluasnya tujuan pendidikan, maka akan semakin menambah beban tanggung
jawab guru dan menimbulkan problem serius bagi pelaksanaan oekerjaannya.
Adapun factor penyebab timbulnya kesulitan yang dihadapi guru di dalam
kelas dan pada situasi lain di sekolah adalah sebagai beikut :
1) Kurang memadainya pengetahuan guru tentang murid
2) Kurang memadainya apresiasi guru terhadap tujuan asasi pendidikan.
3) Kurang terampil melakukan diagnosis
4) Tidak pandainya guru menggunakan metode mengajar yang baik dan cara yang mengelola kelas.
Tetapi secara fundamental, problem yang dihadapi guru meruapakan akibat dari :
1) Sikap pribadi dan sikap social yang tidak konstruktif
2) Kurang percaya pada diri sendiri.
3) Emosi yang tidak stabil.
Kecakapan
mengajar yang efektif dan sikap yang baik tidaklah diperoleh secara
kebetulan saja. Pengalaman kerja mungkin merupakan factor yang penting,
tetapi bertahun-tahun mengajar bisa saja malah menambah rumit kesulitan
terdahulu keculi apabila guru dipersiapkan dengan baik sebelumnya.
V. KESULITAN BELAJAR ANAK
Aktifitas
belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara
wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat
cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit.
Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga
sulit mengadakan konsentrasi.
Demikian
antara lain kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap murid dalam
proses belajar mengajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama.
Perbedaan ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar
murid. Dalam keadaan murid tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut “kesulitan belajar”
Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan factor intelegensi yang rendah
(kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh factor non
intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin
keberhasilan belajar. Karena itu, dalam rangka memberikan bimbingan yang
tepat kepada murid, maka guru perlu memahami masalah yang berhubungan
dengan kesulitan belajar.
Faktor penyebab kesulitan belajar
1) Faktor Intern
2) Faktor External
Faktor intern, disebabkan oleh dua hal, Pertama sebab yang bersifat fisik, yaitu (1) karena sakit (2) karena kurang sehat (3) karena cacat tubuh. Kedua sebab
kesulitan belajar karena rohani, yaitu (1) Intelegensi (2) Bakat (3)
Minat (4) Motifasi (5) factor kesehatan mental (6) tipe khusus seorang
murid.
Faktor external, disebabkan oleh tiga hal, Pertama Faktor Keluarga, yaitu (1) factor orang tua (2) Suasana rumah/keluarga (3) keadaan ekonomi keluarga. Kedua Faktor Sekolah, yaitu (1) guru (2) factor alat (3) Kondisi gedung (4) kurikulum (5) waktu sekolah dan disiplin kurang. Ketiga Faktor
Mass Media dan lingkungan social, yaitu TV, Surat Kabar Majalah, Buku
Komik, teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.
VI. ANAK BERMASALAH
Seorang
murid dikategorikan sebagai anak yang bermasalah apabila ia menunjukkan
gejala penyimpangan perilaku yang lazim di lakukan oleh anak-anak pada
umumnya. Penyimpangan perilaku ada yang sederhana ada juga yang ekstrim.
Penyimpangan perilaku yang sederhana, misalnya mengantuk, suka
menyendiri, terlambat datang. Sedangka ekstrim adalah sering membolos,
memeras teman, tidak sopan.
VII. MENGENAL MURID YANG BERMASALAH BELAJAR
Beberapa gejala pertanda adanya kesulitan belajar antara lain :
1) Menunjukkan prestasi yang rendah/di Bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3) Lambat
melaksanakan tuga-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan
kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam mengerjakan soal-soal
latihan dsb.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta, dll.
5) Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan, misalnya mudah tersinggung, murung,
pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
VIII. USAHA MENGATASI ANAK BERMASALAH
Secara sistematis, langkah-langkah yang perlu diambil dalam usaha mengatasi anak bermasalah adalah :
1) Memanggil dan menerima anak yang bermasalah dengan penuh kasih sayang
2) Dengan wawancara yang dialogis diusahakan dapat ditemukan sebab-sebab utama yang menimbulkan masalah.
3) Memahami keberadaan anak dengan sedalam-dalamnya
4) Menunjukkan cara penyelasaian masalah yang tepat untuk di renungkan oleh anak kemudian untuk dikerjakannya.
5) Menemukan segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisisr guru megatasi kekurangannya
6) Menanamkan nilai-nilai spritual yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar