Senin, 28 September 2020

Menentukan Pilihan Studi Bagi Peserta Didik

 

upaya Guru Bimbingan Konseling dalam Mendorong Siswa Menentukan Pilihan Studi



Sekolah sebagai sarana pendidikan sangat perlu mengembangkan dirinya untuk optimalisasi tumbuh kembang anak didik. Sekolah tidak sekadar tempat belajar mengajar untuk  memenuhi tuntutan materi pelajaran saja, namun sekolah perlu menjadi bagian penting dalam tumbuh kembang dan masa depan anak didik di masyarakat nantinya.

Salah satu agenda sekolah dalam upayanya melakukan pengembangan diri adalah melibatkan semua komponen sekolah untuk membantu siswa dalam merencanakan masa depan yaitu kelanjutan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau kuliah. Komponen sekolah tersebut adalah guru, orang tua, dan teman sebaya, yang secara signifikan dapat mempengaruhi siswa dalam menentukan pilihan studi.

Dari data kasus di SMA Negeri 5 Palembang berdasarkan hasil observasi, didapati bahwa penentuan pilihan studi ini sering kali menjadi masalah bagi siswa. Siswa mengalami kebingungan ketika dihadapkan pada masalah menentukan pilihan studi, yang sebenarnya sudah diantisipasi dari program Bimbingan Konseling. Namun, siswa masih diliputi kebimbangan apakah pilihan tersebut benar dan bagaimana dampak bagi masa depannya kelak.

Penyebab Kebimbangan Menentukan Pilihan Studi
Bimbingan Kelompok  untuk Mendorong Siswa Menentukan Pilihan Studi

Kebimbangan dalam menentukan pilihan studi dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal penyebab kebimbangan menentukan pilihan studi adalah siswa belum memiliki referensi yang luas mengenai jurusan-jurusan kuliah yang dapat dipilih. Siswa tidak memiliki gambaran untuk memilih jurusan karena tidak ada orientasi yang mendalam terhadap jurusan-jurusan yang ada di kuliah termasuk peluang kerja ke depannya. Ditambah pula, terkadang jurusan yang dipilih memiliki standar akademik yang tinggi melebihi kemampuan siswa.

Dari faktor eksternal, penyebab kebimbangan menentukan pilihan studi terbagi menjadi dua, yaitu faktor teman sebaya dan faktor orang tua. Faktor teman sebaya pada dasarnya dapat menjadi sumber dukungan dalam pengambilan keputusan penentuan pilihan studi (Kristiono, 2018). Hanya saja, tidak sedikit dukungan dari teman sebaya dianggap sebagai acuan keseragaman dalam menentukan kesamaan pilihan studi. Siswa memilih bukan atas dasar kemampuan pribadinya tetapi karena ikut-ikutan teman sebaya, yang belum tentu memiliki kemampuan yang sama rata.

Faktor lain yang juga menjadi penyebab kebimbangan siswa, adalah faktor orang tua  Permasalahan orang tua ini sering kali ditemui dalam sesi konseling antara guru Bimbingan Konseling (BK) SMA N 5 Palembang dengan siswa. Orang tua sudah memiliki pandangan tertentu akan masa depan anak yang terkadang berbeda dengan keinginan siswa. Orang tua punya preferensi tersendiri terhadap apa yang harus dipilih oleh siswa dan beranggapan bahwa pilihannya jauh lebih tepat dibandingkan pilihan pribadi siswa. Hal tersebut yang memicu konflik antara orang tua dan siswa, yang imbasnya pada penurunan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, status ekonomi orang tua pun berperan penting dalam pemilihan jurusan kuliah (Irmawari, 2008).

Ketiga faktor penyebab yang sudah disebutkan di atas sering kali tidak menjadi perhatian utama guru kelas atau guru mata pelajaran apabila siswa tidak menyampaikan pendapatnya. Guru BK, yang juga sebagai konselor siswa untuk itu harus lebih peka terhadap masalah penentuan pilihan studi tersebut.

Guru BK memegang peranan penting dalam memfasilitasi siswa menentukan pilihan studi. Guru BK sebagai penyedia layanan bimbingan dan konseling dapat bertindak menjadi penengah dalam kebimbangan siswa menentukan pilihan studi.

Dari berbagai layanan yang dimiliki oleh unit bimbingan konseling, guru BK dapat menerapkan layanan bimbingan kelompok untuk membantu siswa memahami dan mengatasi permasalahan yang dialami. Keunggulan bimbingan kelompok adalah memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling (Wibowo, 2005). Layanan bimbingan kelompok memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait atas masalah yang dihadapi (Prayitno, 1995).

Aspek penting dalam bimbingan kelompok ini adalah komunikasi efektif yang melibatkan guru dan siswa sehingga dapat mempengaruhi siswa dalam mengambil keputusan (Sugiyono, 2005). Komunikasi efektif dapat diterapkan Guru BK ketika memberikan orientasi gambaran kuliah dan gambaran karir ke depannya melalui beragam informasi (Marhaeni, 2009). Untuk mengoptimalkan komunikasi efektif, maka bentuk bimbingan kelompok yang dapat digunakan adalah bimbingan kelompok teknik diskusi (Fransiska, Fitriyadi, Istirahayu, 2007).

Teknik diskusi kelompok berbentuk pertemuan dengan dua orang atau lebih yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan bersama melalui proses saling tukar pengalaman dan pendapat (Sukardi, 2008). Teknik diskusi dapat dijalankan dengan membuat sesi kelompok mengundang alumni yang sudah kuliah atau diskusi kelompok dengan guru BK tentang studi yang diminati.

Diskusi dapat dibagi dalam kelompok berdasarkan minat siswa sehingga diharapkan materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Selain gambaran pilihan studi, materi yang disampaikan dalam diskusi dapat dikembangkan dengan memberi gambaran kehidupan sosial dan akademik yang akan dihadapi di kuliah, sehingga dapat membantu siswa untuk berpikir lebih komprehensif. Bimbingan kelompok teknik diskusi ini dapat dilakukan berulang kali dengan mengambil tema keberagaman pilihan studi.

Setelah materi yang disampaikan alumni atau guru BK sudah disajikan, setiap siswa ditugaskan untuk menuliskan inti sari hasil diskusi kelompok dalam bentuk narasi yang nantinya akan dipresentasikan kepada orang tua. Siswa kemudian dilatih untuk berperilaku asertif menyampaikan pikiran dan perasaan atas hasil telaah pilihan studi yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Asertivitas dapat menjadi jembatan bagi siswa mengatasi masalah dorongan dari teman sebaya dan ketidaksetujuan orang tua atas pilihan studi yang akan dijalani. Dengan berlatih asertif, siswa diharapkan memiliki pendirian yang kuat sehingga tidak terpengaruh teman sebaya namun tetap dapat menerima masukan dari orang tua apabila ada kondisi-kondisi dimana keinginannya tidak dapat terpenuhi.

Untuk menyempurnakan hasil, tidak hanya siswa yang mendapatkan intervensi, tetapi orang tua pun harus ikut terlibat untuk membuat anak yakin dengan pilihannya, diantaranya dengan mengenalkan beragam profesi di luar profesi orang tua dan membantu anak mengenali potensi dirinya melalui tes minat bakat. Orang tua juga perlu mengembangkan komunikasi yang efektif untuk menyikapi perbedaan pendapat dengan anak dalam memilih jurusan ini.

Dengan terlibatnya semua komponen, diharapkan tujuan kegiatan dapat terlaksana, yaitu siswa dapat menentukan pilihan studi dengan yakin. Guru BK dan orang tua juga mendapatkan porsi yang tepat dalam upayanya mendorong siswa menentukan pilihan studi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar