Rabu, 23 September 2020

Mengembangkan Kemampuan Menyelesaikan Konflik

 

Mengembangkan Kemampuan Menyelesaikan Konflik


Menyelesaikan konflik tidak saja memerlukan keahlian memetakan anatomi konflik tetapi juga kemampuan menelusuri pada tingkat mana konflik tersebut terjadi. Apakah pada tingkat sistemik, pada tingkat manajerial, atau pada tingkat pragmatik. Untuk menyelesaikan konflik pada tingkatan masing-masing tadi selain memerlukan pendekatan tersendiri juga memerlukan keterampilan manajerial yang efektif. Gambaran di bawah ini barangkali akan memudahkan membantu untuk secara efektif menilik kecakapan Anda dalam memfasilitasi penyelesaian konflik.

1.Ketegangan, tekanan, dan ketidakpastian ditemukan dalam sebagian besar bentuk kehidupan organisasi. Agar menjadi efektif, seseorang harus mampu mengatur diri sendiri, dan waktu mereka secara efisien.

2.Terkikisnya nilai-nilai tradisional menyebabkan orang bingung terhadap keyakinan dan nilai-nilai pribadinya. Untuk menjadi taat asas, dan demi keuntungan semua pihak, setiap orang harus mampu melihat nilai-nilai pribadinya sendiri secara jelas.

3.Dengan ruang lingkup pilihan yang luas, yang akan merupakan dasar perencanaan, setiap orang harus mengenali dengan jelas tujuan maupun sasaran pribadi mereka.

4.Sistem organisasi saja tidak dapat memberikan peluang belajar, yang diperlukan orang dewasa ini ialah bagaimana mereka masing-masing bertanggung jawab atas usaha terus-menerus dalam meningkatkan pertumbuhan pribadi dan profesional mereka.

5.Karena masalah kehidupan menjadi semakin kompleks, sumberdaya kerap kali kurang tersedia. Kemampuan untuk menyelesaikan konflik dengan cepat dan efektif merupakan kemampuan manajerial yang penting.

6.Menghadapi perubahan tuntutan dan tekanan, gagasan baru dan inovasi terus-menerus sangatlah penting. Setiap individu harus mampu memanfaatkan peluang, bersikap kreatif, dan mengelola inovasi.

7.Pergeseran dalam hubungan hirarkis tradisional menuntut kemampuan dalam memimpin orang lain tanpa harus berlindung pada wewenang langsung, profesi, identitas, atau status sosial tertentu.

8.Banyak gaya, model, dan metode manajemen tradisional tidak mencukupi atau diterima lagi. Seseorang, dengan demikian perlu mengembangkan gaya manajerial baru dan yang lebih signifikan serta sikap yang berbeda terhadap perkembangan jaman.

9.Meningkatnya konflik dan kesulitan mengelolanya menuntut agar seseorang menjadi lebih mampu dalam menggunakan sumberdaya yang ada untuk dikelola secara efektif.

10.Kebutuhan akan kemampuan menyesuaikan diri dan efisien pada setiap tingkat organisasi menuntut tokoh masyarakat dan para agen perubahan untuk melatih orang dalam teknik dan praktek baru manajemen.

11.Masalah yang kompleks semakin menuntut usaha terpadu dari pihak-pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi untuk membantu mencari pemecahannya. Para tokoh masyarakat dan agen perubahan harus mampu membentuk dan mengembangkan tim yang dengan cepat menjadi terandalkan dan mampu menyelesaikan konflik.

Kesebelas faktor di atas tadi merupakan jawaban kunci jika seseorang hendak memposisikan diri sebagai fasilitator, atau mediator dalam penyelesian konflik. Alih-alih, tantangan tersebut janganlah dipandang sebagai hambatan atau mematahkan semangat, melainkan agar supaya dilihat dan ditilik sebagai faktor untuk menciptakan suatu kebutuhan, yang, di masa sekarang sangat sulit untuk dikatakan tidak penting. Sebab, manakala kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit untuk diputuskan, maka keterampilan mencari solusi yang tentatif, sangatlah diperlukan.

Keberadaan kita, dengan begitu menjadi sangat kritis, apalagi jika, kita tidak mampu menempatkan diri dalam hubungan yang netral dengan konflik itu sendiri. Maka kepekaan untuk meletakkan dan mendudukkan setiap persoalan pada tempat yang semestinya merupakan keterampilan tersendiri yang tidak boleh ditawar-tawar. Seyogyanyalah, kesenjangan tersebut menjadi pemicu dan pemacu untuk kita bersama agar semakin mengakrabkan diri dengan wacana-wacana baru yang relevan dengan keterampilan menyelesaikan konflik.

Dengan demikian, dalam situasi dan dalam keadaan yang seperti apapun, kita telah siap dan mampu menggulirkan kegiatan proses memetakan anatomi konflik dan menyusun strategi, taktik, serta rencana tindakan untuk menyelesaikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar